KEWAJIBAN MEMBERIKAN NASIHAT
Oleh: Hasrian Rudi Setiawan,
M.Pd.I
Nasihat merupakan
ajaran, anjuran, petunjuk, peringatan, dan teguran yang baik. Nasihat
memiliki makna mengajak orang lain untuk melaksanakan sesuatu yang mengandung
kemaslahatan dan melarang mengerjakan sesuatu yang mengandung kerusakan. Nasihat
selalu bersifat mendidik. Namun dalam realitanya
sebuah nasehat sering bersifat relatif, tergantung siapa orang yang menasehati
dan standar kebenarannya menurut setiap orang tidaklah sama. Misalnya, Kebenaran menurut seorang kriminil, berbeda
dengan kebenaran menurut pejabat. Kebenaran menurut seorang debt collector
berbeda dengan kebenaran menurut kaum agamis dan kebenaran menurut pendusta
berbeda dengan kebenaran menurut kaum idealis. Dengan demikian, pertimbangan
tentang sifat relatifitas dari sebuah nasehat akan menuntun kita untuk
mempertimbangkan nilai dari nasehat yang di terima tersebut.
Nasihat, bagi setiap orang sangat diperlukan,
dengan nasihat seseorang bisa mengetahui apa yang sebaiknya di lakukan dan apa
pula yang seharusnya tidak dilakukan. Setiap orang juga membutuhkan saran dari
orang lain. Dengan adanya saran yang di berikan akan membuat seseorang akan
mempertimbangkan setiap perbuatan yang akan dilakukan. Karena, manusia tidak
dapat melakukan apapun sendiri melainkan butuh nasihat, saran dan masukan dari
orang lain. Nasihat adalah salah satu ajaran Islam yang sangat dianjurkan. Hal
ini karena Allah Swt, memerintahkan kepada hambanya untuk saling menasihati
dalam kebaikan dan menasihati untuk sabar dalam menjalankan perintah atau
meninggalkan larangan Allah Swt. Dalam Alquran Allah Swt berfirman, yang
artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal salah serta saling menasihati dalam
kebenaran dan kesabaran”. (QS. Al-Ashr:1-3)
Dalam memberikan nasihat, hendaknya menggunakan
bahasa yang lembut dan santun. Hal ini karena nasihat mengandung ajakan kepada
seseorang agar berbuat sesuai dengan yang kita inginkan. Karena itu dalam
member nasihat hendanya menggunakan bahasa yang lembut dan santun. Dalam
Alquran Allah Swt, memerintahkan kepada kita untuk memberikan nasihat kepada
orang lain dengan cara yang baik. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam
Alquran, yang artinya: ”Ajaklah ke
jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik” (QS. An-Nahl:125). Dan dalam firman Allah yang lain dalam
Alquran, yang artinya: “Dan berilah peringatan karena sesungguhnya
peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS.
Adz-Dzariyat:55).
Dari dua
firman Allah Swt di atas, bahwa Allah telah memerintahkan kepada kita untuk
saling memberikan nasihat yang baik terutama kepada sesama muslim dan dalam
memberikan nasihat hendaknya dengan cara yang baik. Namun sebaliknya, apabila
dalam memberikan nasihat yang digunakan adalah dengan bahasa yang kasar, sikap
tidak santun dan nada meninggi, maka nasihat yang diberikan tidak akan mudah di
terima oleh orang yang dinasihati meskipun kesalahannya itu nyata dan benar
adanya. Karena itu, kearifan sikap dan tutur bahasa yang baik sangat
mempengaruhi diterima atau tidaknya nasihat yang diberikan.
Nasihat
sangat penting dalam kehidupan seorang muslim. Nasihat akan memiliki fungsi
sebagai pengingat (tadzkirah) agar seorang muslim
tetap istiqomah di jalan Allah Swt. Agar saat menyampaikan nasihat
menuju kebenaran dapat tersampaikan dengan baik, seorang Muslim perlu
memperhatikan etika memberi nasihat kepada orang di sekelilingnya. Adapun diantara adab memberi nasihat, yaitu: Pertama,
Niat tulus hanya karena Allah SWT. Pemberi nasihat hanya
mengharapkan ridha Allah dan balasan di akhirat. Ia menyampaikan nasihat bukan
karena ingin mendapatkan keuntungan duniawi, seperti ingin dipuji orang lain
(riya) dan menceritakan kebaikannya kepada orang lain (sum’ah).
Kedua, Menasihati berdasarkan
ilmu, artinya dalam memberi nasihat hendaknya seseorang mengetahui cara yang
baik dalam memberikan nasihat dan menguasai materi yang akan dinasihatkan.
Tanpa didasari ilmu, bisa jadi seseorang akan menasihati dengan hal-hal yang
munkar dan justru melarang yang makruf (baik).
Ketiga, Memilih moment dan
waktu yang tepat, yaitu dalam memberikan nasihat dilakukan dengan memperhatikan
dengan situasi dan kondisi. Karena, apabila pemberian nasihat di berikan pada
saat waktu atau momentnya tidak tepat maka, nasihat tidak akan di terima.
Keempat, Menasihati dengan
kata-kata yang lemah lembut, hal ini sebagimana yang pernah di perintahkan
kepada Nabi Musa As dan Nabi Harun As, yaitu saat berdakwah kepada Raja Firaun.
Hal ini sebagaimana Firman Allah dalam Alquran, yang artinya: ''Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lembut,
mudah-mudahan dia sadar atau takut.'' (QS Thaha:44).
Dari empat point yang telah di
sebutkan tentang adab memberikan nasihat kepada orang lain di atas tadi, banyak
lagi adab-adab yang lain yang harus di terapkan dalam memberikan nasihat dan
saran kepada orang lain. Namun, yang harus di perhatikan dalam memberikan
nasihat atau saran kepada orang lain hendaknya nasihat dan saran tersebut telah
dilakukannya terlebih dahulu oleh orang yang menasihati, jika tidak maka
nasihat itu akan menjadi nasiihat dan saran yang sia-sia, bahkan Allah Swt
sangat murka terhadap orang yang memerintahkan kebaikan kepada orang lain,
sementara dirinya sendiri tidak melaksanakan. Hal ini sebagaimana firman Allah
Swt dalam Alquran, yang artinya: "Wahai
orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan.” (As Shaff:2-3).
|| Penulis Dosen Pendidikan Agama Islam UMSU. (telah terbit di harian medan pos, 2016).