TANTANGAN YANG DIHADAPI GURU
Oleh: Hasrian Rudi Setiawan,
M.Pd.I
Guru memiliki tugas yang
berat, namun mulia. Hal ini karena, pada dirinya tertumpu beban dan tanggung
jawab untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik. Selain itu pula, guru
memiliki tugas seperti yang dikemukakan oleh an-Nahlawi, bahwa seorang guru
tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tapi lebih dari itu, di mana ia juga
mengemban tugas memelihara kesucian manusia. Kemudian, an-Nahlawi menguraikan
bahwa ada dua tugas pokok guru, di antaranya, yaitu: Pertama, Tugas pensucian.
Guru hendaknya membersihkan jiwa perserta didik agar dapat mendekatkan diri
kepada Allah dan menjauhkan diri dari keburukan, dan menjaganya agar tetap
berada pada fitrahnya. Kedua, Tugas pengajaran, guru memiliki tugas
menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didiknya
agar diamalkannya dalam kehidupannya.
Pada kenyataanya, tugas
seorang guru sebagai seorang yang professional memang berat, sebagai seorang
yang professional, seorang guru harus memiliki atau minimal menyandang empat
kompetensi, yaitu pedagogi, akademis, kepribadian dan sosial. Seorang guru
dianggap kompeten jika memiliki persyaratan pendidikan yang memadai, pribadi
yang luhur, akhlak mulia, serta memiliki sikap dan perilaku yang berdampak
positif terdapat lingkungan sosial sekitarnya. Namun, hanya orang-orang yang
memiliki panggilan dan hati nurani menjadi seorang guru sajalah yang dapat
melaksanakan tugas yang berat tersebut.
Tidak dapat dipungkiri,
bahwa setiap guru pasti pernah memiliki masalah dalam mendidik siswanya. Hal
ini karena, setiap peserta didik memiliki kepribadian, tingkah laku, motivasi
dan minat belajar yang berbeda. Paling tidak secara umum ada dua tantangan yang
dihadapi oleh seorang guru, yaitu:
Pertama, Problem
pengelolaan kelas (Classroom Management), yaitu masalah yang di hadapi
seorang guru dalam mengelola kelas. Seorang guru sering kali menggeluh ketika
mengajar di kelas, apalagi jika kelas yang di kelolanya adalah kelas yang
menurutnya mayoritas peserta didiknya tidak disiplin, malas belajar dan tidak
patuh terhadap perintah guru. Hal ini, mungkin saja terjadi karena, guru belum
terampil dan terbiasa dalam melakukan pendekatan personal kepada peserta didik,
kurang optimal guru dalam menggunaan metode, strategi, dan media yang tepat
dalam menarik peserta didik untuk belajar. Selain itu juga, dimungkinkan guru
kurang memiliki sikap asertif dalam menghargai peserta didik, ditambah lagi
mungkin perilaku guru yang agresif terhadap peserta didiknya. Karena itu, guru
di harapkan lebih mempelajari lagi bagaimana cara menggunakan dan menerapkan
pendekatan, strategi, metode dan media yang tepat dalam rangka memotivasi
peserta didik untuk belajar. Sehingga proses belajar mengajar yang dilakukan di
kelas dapat berjalan dengan baik.
Kedua,
Problem komunikasi. Guru acap kali memiliki kecenderungan untuk minta
dimengerti dan dihargai oleh para peserta didiknya. Dalam prinsip komunikasi,
jika ingin dimengerti oleh peserta didiknya, maka hal yang harus dilakukan oleh
guru pertama kali adalah mengerti kondisi mereka terlebih dahulu. Contohnya,
dalam menghadapi peserta didik yang bermasalah, guru perlu melakukan teknik
“mendengar aktif”, yaitu guru berusaha memahami masalah yang peserta didik
hadapi dan menjadi pendengar yang baik bagi peserta didik tersebut. Terlebih
bagi guru yang mengajar pada tingkat SMP dan SMA. Pada masa-masa seperti ini peserta
didik berusaha mencari jati dirinya, terkadang ada peserta diidik yang lebih
nyaman mengungkapkan apa yang dia rasa kepada teman atau gurunya di bandingkan
dengan orang tuanya. Karena itu, guru hendaknya dapat menjadi teman sekaligus
guru bagi peserta didik dan selalu memberikan saran atau solusi atas masalah
yang dihadapi oleh peserta didik. Sebab, jika guru salah dalam memberikan saran
dan masukan bisa fatal akibatnya untuk masa depan peserta didik sendiri. Intinya
bagaimana guru dapat membina hubungan baik dengan lingkungan pekerjaannya
dengan mengembangkan komunikasi yang cerdas dan efektif.
Dari
gambaran di atas, betapa pentingnya peranan guru dan betapa beratnya tugas dan
tanggung jawab guru, terutama tanggung jawab moral untuk digugu dan ditiru. Di
sekolah guru menjadi ukuran atau pedoman bagi peserta didiknya, di masyarakat
seorang guru dipandang sebagai teladan bagi setiap warga masyarakatnya. Seorang guru yang profesional mampu mengahdapi
dan mengolah tantangan menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan, memahami apa
yang diajarkan, menguasai bagaimana mengajarkannya, dan tidak kalah pentingnya
menyadari mengapa dia memilih dan menetapkan pilihan terhadap sesuatu kegiatan
pembelajaran. Karena itu, setiap guru atau pendidik hendaknya selalu
mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. || Penulis Dosen
FAI UMSU. (Telah Terbit di Harian Medan Pos, 2015).