ENAM NASIHAT IMAM
AL-GHAZALI
Oleh: Hasrian Rudi
Setiawan, M.Pd.I
Imam Al-Ghazali merupakan
ulama besar yang dikenal memiliki keluasan ilmu pengetahuan selain itu juga
beliau juga terkenal dengan berbagai macam karyanya, diantara karyanya adalah
kitab Ihya’ Ulumuddin, yang hingga kini menjadi rujukan dan dijadikan bahan
referensi keilmuan. Ada sebuah kisah menarik tentang Imam Al-Ghazali ketika
berkumpul dengan muridnya. Pada suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan
murid-muridnya. Lalu Imam Ghazali mengajukan enam pertanyaan pada
murid-muridnya. Adapun pertanyaan Imam Al-Ghazali kepada muridnya adalah:
Pertama, Apa yang paling dekat dengan
diri kita di dunia ini?. Maka sebahagian muridnya ada yang menjawab orang tua,
ada lagi sebahagian muridnya menjawab guru, dan ada sebahagian yang menjawab
teman dan kerabat karib. Lantas, mendengar jawaban itu Iman Al-Ghazali
tersenyum dan mengatakan semua jawaban itu benar. Namun, menurut Imam Ghazali
yang paling dekat dengan manusia adalah “mati”. Sebab itu sudah janji Allah Swt
bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Hal ini sebagaimana firman Allah
Swt, yang artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan”. (QS. Ali-Imran: 185). Kematian merupaka sesuatu yang pasti akan
terjadi pada setiap yang bernyawa, kematian datang tanpa diketahui kapan ia
akan datang. karena itu, sebagai manusia kita wajib mempersiapkan diri untuk
menyiapkan bekal sebelum datangnya kematian. Pertanyaan dan jawaban imam
Al-Ghazali ini mengingatkan kepada kita untuuk melakukan sesuatu perbuatan
dengan hati-hati, karena tidak ada yang tahu kapan ajal akan datang, semoga
ketika ajal datang kita sedang melakukan sesuatu yang baik sehingga kita mati
dengan husnul khatimah.
Kedua, Apa yang paling jauh
dari diri kita di dunia ini?. Maka sebahagian muridnya ada yang menjawab bulan,
matahari, dan bintang-bintang dan ada yang menjawab negara Cina. Lantas Imam
Al-Ghazali tersenyum mendengar jawaban mereka dan membenarkan semua jawaban
mereka. Namun menurut Imam Al-Ghazali yang paling jauh dari diri kita adalah
“masa lalu”. Hal ini karena, siapapun kita, sehebat apapun diri kita, bahkan
seingin apapun kita, maka tidak ada yang dapat mengulang ke masa lalu. Karena
itu, kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan
perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama. Bahkan Rasulullah Saw pernah
memberikan nasihat, yang artinya: “Manfaatkan
lima perkara sebelum lima perkara: Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa
kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum datang
kematianmu.” (HR: Al Hakim).
Ketiga, Apa yang
paling besar di dunia ini?. Maka murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi,
dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar
dari yang ada di dunia ini adalah “nafsu”. Nafsu apabila diarahkan pada hal
yang positif maka dia akan menjadi baik. Namun sebaliknya apabila di arahkan
dan diperurutkan kepada hal yang negative maka dapat merusak manusia bahkan
dapat menjerumuskan manusia kedalam api neraka. Maka kita harus hati-hati
dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka. Hal ini
sebagaimana firman Allah, yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk
(isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al-A’raf:
179).
Keempat, Apa yang paling berat di dunia ini?”. Maka
sebahagian murid Imam Al-Ghazali da yang menjawab dengan jawaban, baja, besi,
dan gajah. Maka dengan tersenyum Imam Al-Ghazali menjawab, bahwa semua jawaban mereka
hampir benar. Namun menurut Imam Al-Ghazali, yang paling berat adalah memegang amanah.
Hal ini karena, amanah merupakan hal yang berat untuk dipikul dan orang yang
mampu menjaga amanah adalah terolong orang yang hebat. Memegang amanah itu ibarat memegang sebuah
harimau. jika kita lepaskan akan mengamuk tapi kalo kita
bisa menjaganya maka kita akan di segani banyak orang. Amanah juga diibaratkan seperti kepercayaan orang lain kepada kita. Ketika kita teledor, maka kita tergolong
orang yang salah. Namun apabila kita bisa menjaganya, maka banyak orang yang akan
percaya kepada kita. Berapa
banyak manusia yang ketika diberikan amanah mereka menyalahgunakan amanah
tersebut. Misalnya para pejabat yang di berikan amanah untuk mengurus rakyat,
namun ada sebahagian dari mereka yang melakukan tindakan korupsi dan
sebagainaya. Karena itu orang yang dapat menjalankan amanah adalah orang yang
selamat.
Kelima, Apa yang paling ringan di dunia ini?”. Maka murid Imam
Al-Ghazali ada yang menjawab angin, debu, dan ada yang menjawab pasir. Kemudian
dengan tersenyum Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa jawaban mereka benar semua,
namun yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan salat. Hal ini
merupakan realita, betapa banyak orang yang karena gara-gara disibukkan dengan
pekerjaanya mereka dengan ringanya meninggalkan salat, bahkan ada sebahagian
orang yang berpergian untuk rekreasi dengan mudahnya mereka meninggalkan salat
dengan alasan karena sudah bermakeup dan takut hilang makeupnya dan lain
sebagainya. padahal salat adalah suatu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan
dalam kondisi apapun itu, karena salat adalah tiang agama.
Keenam, Apakah yang paling tajam di dunia ini?. Lantas murid-muridnya
menjawab dengan serentak, pedang. Maka Imam Ghazali, menjawab benar namun yang
paling adalah “lidah manusia”. Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya
menyakiti hati dan melukai perasaan orang lain. Lidah dapat menyeret manusia ke
dalam neraka, bahkan Rasulullah Saw mengingatkan kita dalam sebuah hadits, yang
artinya:, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir hendaknya ia mengatakan yang baik atau diam”. Karena itu, mari
menjaga lidah kita dari segala macam perkataan, karena mungkin ketika berbicara
kepada orang lain tanpa disengaja melukai hatinya. Jika begitu maka lebih baik
diam daripada khawatir tidak bisa menjaga lisan dengan baik.
Dari enam nasihat Imam
Al-Ghazali tersebut, mengingatkan kepada kita untuk lebih memperhatikan setiap
amal peruatan kita, sehingga kita menjadi insan yang selamat baik di dunia
maupun di akhirat. || Penulis Dosen FAI UMSU. (telah terbit di harian medan pos, 2016)