Anak Saleh Dambaan Orang Tua
Oleh:
Hasrian Rudi Setiawan
Anak merupakan buah hati bagi kedua orang
tuanya, karena sewaktu bahtera rumah tangga pertama kali diarungi, maka pikiran
pertama yang terlintas dalam benak suami istri adalah berapa jumlah anaknya
yang nantinya akan mereka miliki serta kearah mana anak tersebut akan dibawa.
Namun yang menjadi permasalahan adalah kemana anak akan kita arahkan setelah
mereka terlahir. Umumnya orang tua menginginkan agar kelak anak-anaknya dapat
menjadi anak yang saleh dan memiliki kehidupan yang layak. Namun keinginan
orang tua kadang tidak sejalan dengan usaha yang dilakukannya. Padahal usaha
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi terbentuknya kepribadian
dan karakter anak. Dalam Alquran Allah mengingatkan kepada kita semua untuk selalu
mendidik anak dengan baik dan jangan sampai meninggalkanya dalam keadaan yang
lemah. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt yang artinya: “Dan hendaklah
takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya meninggalkan di belakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka” (QS:
an-Nisa: 9).
Dalam ayat di atas pengertian lemah adalah
lemah iman, lemah intelektual, lemah fisik, dan lemah ekonomi. karena itu orang
tua yang bertanggung jawab terhadap anaknya, maka mereka harus memperhatikan
hal-hal tersebut. Menurut Ibnu Katsir arti kata ”lemah” pada ayat di atas
memfokuskan pada masalah ekonomi. Beliau menyebutkan dalam tafsirnya: ”bahwa
orang tua hendaknya tidak meninggalkan keadaan anak mereka dalam keadaan miskin”.
Dan kata-kata ibnu Katsir tersebut terbukti karena berapa banyak kaum muslimin
yang rela meninggalkan aqidahnya (murtad) di karenakan keadaan ekonomi
mereka yang dibawah garis kemiskinan. Dan yang tidak kalah penting
adalah aspek iman, harus selalu ditanamkan pada diri anak. Sebab, aspek iman
merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar bagi pribadi anak. Karena itu,
orang tua harus mampu memperhatikan langkah-langkah yang harus di tempuh dalam
merealisasikan keinginannya dalam melahirkan anak yang saleh. Di antara hal
yang harus dilakukan orang tua dalam mendidik anaknya untuk menjadi anak yang
soleh adalah menyiapkan lingkungan yang baik bagi anaknya. Karena lingkungan merupakan tempat di mana manusia
melaksanakan aktifitasnya. Secara mikro lingkungan dapat dibagi dalam tiga
bagian, yaitu:
Pertama, lingkungan keluarga merupakan sebuah lembaga
pendidikan pertama bagi anak di mana anak mengawali masa pertumbuhannya.
Pendidikan yang didapatkan merupakan landasar utama dalam pembangunan watak,
kepribadian dan karakternya. Jika anak dalam keluarga senantiasa terdidik dalam
lingkungan yang baik, maka kepribadiannya akan terbentuk dengan baik. Namun
sebaliknya jika anak tumbuh dalam suasana yang jauh dari nilai-nilai kebaikan,
maka jelas kelak dia akan tumbuh menjadi anak yang tidak bermoral. Seorang anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, namun orang tuanya mempunyai peran dalam
menentukan kearah mana kehidupan anak akan diarahkannya. Rasulullah
Shallallaahu Saw bersabda yang artinya: ”Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan yang fitrah (Islam), maka orang tuanya yang menyebabkan dia menjadi
Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari).
Karena itu, orang tua harus dapat
menanamkan dalam jiwa anak nilai-nilai agama, cinta terhadap ajaran Allah Swt
dan Rasul, sehingga ketika anak tersebut berhadapan dengan lingkungan lain anak
dapat menangkal setiap saat pengaruh negatif yang akan merusak dirinya. Agar
dapat memudahkan jalan bagi pembentukan kepribadian bagi anak yang saleh, maka
keteladanan orang tua juga merupakan faktor yang sangat menentukan. karena
orang tua yang bijaksana dalam berinteraksi dengan anak pasti memperlihatkan
sikap yang baik, yaitu sikap yang sesuai dengan kepribadian yang saleh sehingga
anak dapat dengan mudah meniru dan mempraktekkan sifat-sifat orang tuanya.
Kedua,
lingkungan sekolah merupakan lingkungan di mana anak berkumpul bersama teman
sebayanya untuk belajar, bermain dan
bercanda. Sekolah juga merupakan sarana yang cukup efektif dalam membentuk
watak dan karakter anak. Di sekolah anak- akan saling mempengaruhi sesuai
dengan watak dan karakter yang diperolehnya dalam keluarga mereka
masing-masing. Anak yang terdidik secara baik di rumah tentu akan
memberi pengaruh yang positif terhadap temannya. Sebaliknya anak yang di
rumahnya kurang mendapat pendidikan yang baik tentu akan memberi pengaruh yang
negatif menurut karakter dan watak anak. Faktor yang juga cukup menentukan
dalam membentuk watak dan karakter anak di sekolah adalah konsep yang
diterapkan sekolah tersebut dalam mendidik dan mengarahkan setiap anak didik.
Sekolah yang ditata dengan managemen yang baik tentu akan lebih mampu
memberikan hasil yang memuaskan dibandingkan dengan sekolah yang tidak
memperhatikan sistem managemen. Sekolah yang sekedar dibangun untuk kepentingan
bisnis semata pasti tidak akan mampu menghasilkan murid yang berkwalitas. Karena
itu orang tua harus mampu melihat secara cermat sekolah yang pantas bagi anak
mereka.
Ketiga,
lingkungan masyarakat merupakan komunitas besar dibandingkan dengan lingkungan keluarga
dan sekolah. Karena, lingkungan masyarakan pengaruh yang ditimbulkannya dalam
merubah watak dan karakter anak jauh lebih besar.
Masyarakat yang mayoritas anggotanya hidup dalam kemaksiatan akan sangat mempengaruhi perubahan watak anak kearah yang negatif. Dalam masyarakat seperti ini akan tumbuh berbagai masalah yang merusak ketenangan, kedamaian, dan ketentraman. Anak yang telah di didik secara baik oleh orang tuanya untuk selalu taat dan patuh pada perintah Allah Swt dan Rasul Nya, dapat saja tercemari oleh pengaruh lingkungan masyarakat disekitarnya. Karena itu untuk dapat mempertahankan kwalitas yang telah terdidik secara baik dalam institusi keluarga dan sekolah, maka kita perlu bersama-sama menciptakan lingkungan masyarakat yang baik, yang kondusif bagi anak. Dalam membentuk masyarakat yang harmonis setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab yang sama. Persepsi yang keliru biasanya masih mendominasi masyarakat. Mereka beranggapan bahwa yang bertanggung jawab dalam masalah ini adalah pemerintah, para da’i, pendidik atau ulama. Padahal Rasulullah Saw, bersabda yang artinya: “Barangsiapa di antaramu melihat kemungkaran hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak sanggup maka dengan lidahnya, dan jika tidak sanggup maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim).
Masyarakat yang mayoritas anggotanya hidup dalam kemaksiatan akan sangat mempengaruhi perubahan watak anak kearah yang negatif. Dalam masyarakat seperti ini akan tumbuh berbagai masalah yang merusak ketenangan, kedamaian, dan ketentraman. Anak yang telah di didik secara baik oleh orang tuanya untuk selalu taat dan patuh pada perintah Allah Swt dan Rasul Nya, dapat saja tercemari oleh pengaruh lingkungan masyarakat disekitarnya. Karena itu untuk dapat mempertahankan kwalitas yang telah terdidik secara baik dalam institusi keluarga dan sekolah, maka kita perlu bersama-sama menciptakan lingkungan masyarakat yang baik, yang kondusif bagi anak. Dalam membentuk masyarakat yang harmonis setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab yang sama. Persepsi yang keliru biasanya masih mendominasi masyarakat. Mereka beranggapan bahwa yang bertanggung jawab dalam masalah ini adalah pemerintah, para da’i, pendidik atau ulama. Padahal Rasulullah Saw, bersabda yang artinya: “Barangsiapa di antaramu melihat kemungkaran hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak sanggup maka dengan lidahnya, dan jika tidak sanggup maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim).
Jika setiap orang merasa tidak memiliki tanggung jawab dalam melakukan
amar ma’ruf nahi munkar, maka segala kemunkaran bermunculan dan merajalela di
tengah masyarakat dan cepat atau lambat pasti akan menimpa anak-anak kita.
Padahal kedudukan kita sebagai umat yang terbaik yang dapat memberikan
ketentraman bagi masyarakat kita hanya dapat tercapai jika setiap pribadi
muslim secara konsisten menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, karena Allah Swt
berfirman yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali-‘Imran: 104).
Sebagai kesimpulan dalam tulisan ini penulis mengajak kita sebagai
bagian dari masyarakat untuk merasa peduli terhadap kelangsungan hidup generasi
kita, semoga dengan kepedulian kita, Allah Swt akan senantiasa menurunkan
pertolongan-Nya kepada kita. Amin. || Penulis Adalah Dosen PAI UMSU. (telah terbit di harian medan pos)