MEMBUDAYAKAN TADARUS AL-QURAN
Oleh:
Hasrian Rudi Setiawan, M.Pd.I
Lidia, S.Pd.I
“ Dan
tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu masjid dari masjid-masjid Allah,
untuk membaca
Al Qur’an dan mereka saling mempelajarinya di antara mereka,
melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan, diliputi rahmat, dan
dikelilingi malaikat, dan mereka akan disebut-sebut Allah dihadapan
makhluq-makhluq yang ada di sisi-Nya”
(HR Muslim).
Salah satu ibadah yang dilakukan sepanjang bulan Ramadhan adalah
melakukan Tadarus Alquran.
Pada umumnya pelaksanaan tadarus Alquran di masyarakat dengan cara berkelompok
dengan membentuk lingkaran. Tradisi ini merupakan perbuatan yang sangat baik
dan tentunya memiliki sisi positif dalam kehidupan bermasyarakat dan memiliki
nilai tarbiyah (pendidikan), dimana setiap orang secara bergiliran akan membaca
Alquran kemudian yang lain menyimak dan apabila terjadi kesalahan dalam membaca
Alquran maka yang lain akan memperbaiki bacaan yang salah tersebut.
Untuk membudayakan tadarus Alquran maka perlu kiranya kita merujuk kembali
kepada makna tadarus itu
sendiri. Tadarus memiliki makna pembelajaran
secara bersama-sama. Sedangkan menurut Syaikh ‘Utsaimin tadarus memiliki makna, yaitu saling mempelajari sebagian mereka dengan sebagian
yang lain. Dari defenisi tersebut dari sisi etimologi (bahasa), maka sangat
jelas bahwa tadarusan bukanlah mengkhatamkan Alquran sebagai tujuan utama, tapi mempelajari Alquran.
Namun sayangnya, budaya tadarus yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat
adalah tujuanya untuk berlomba-lomba menghatamkan Alquran bukan untuk
mempelajari Alquran baik membaguskan bacaan Alquran serta memahami isi dari
Alquran.
Hal yang dapat dilakukan untuk membudayakan dan mengoptimalkan tadarus
Alquran adalah dengan: Menghadirkan guru
pendamping, hendaknya tadarus yang dilakukan di mesjid-mesjid,
didampingi oleh orang yang mempunyai kemampuan lebih baik di antara para
peserta tadarus yang lain,
khususnya dalam tajwid. Ini bertujuan dapat mengkoreksi setiap kesalahan yang
dilakukan dalam membaca kita suci. Disisi yang lain agar adanya peningkatan
kualitas bacaan dari hari- kehari bagi
para peserta tadarus.
Kemudian mempejari kandungannya, Tadarus Alquran
yang dikejar dan dicari bukanlah tamatnya bacaan sebanyak 30 juz, tapi
pemahaman dan pelajaran yang didapat dari bacaan tersebut. Berkenaan dengan itu
pola atau metode yang digunakan harus mengacu ke sana. Peserta dapat memahami
isi kandungan yang telah dia baca atau yang didengarkan dari yang lain. Bentuk ini memungkinkan keilmuan akan
bertambah terkhusus dalam Alquran.
Selain itu juga. Dalam melaksanakan tadarus Alquran hendaknya harus
memperhatikan kemaslahatan. Sebab apa gunanya ibadah yang kita lakukan tanpa
memperdulikan kemaslahatan orang lain. Hal ini karena dalam prakteknya sering
kita mendengar suara tadarus Alquran diluar mesjid melalui alat pengeras suara.
Terkadang suara tersebut hingga terdengar sampai larut malam, dimana pada
jam-jam tersebut digunakan orang lain untuk istriahat. Karena itu, alangkah
baiknya agar tidak menggangu orang lain maka dalam melakukan tadarus Alquran,
hendaknya tidak menggunakan pengeras suara ketika sudah larut malam. Dan
apabila tetap ingin menggunakan pengeras suara hendaknya dapat menggantikannya
dengan pengeras suara dalam saja. Hal ini
untuk menjaga agar tetangga yang berada di sekitar mesjid dapat beristirahat
dan tidak terganggu.
Kemudian kepada orang yang yang belum lancar dalam membaca Alquran
namun memiliki semangat tinggi untuk melakukan tadarus Alquran. Hendaknya orang
seperti ini diberi apresiasi dan motivasi. Namun dalam pelaksanaanya orang
seperti ini hendaknya dalam melakukan tadarus tidak perlu menggunakan pengeras
suara luar, karena dikhawatirkan bukannya menimbulkan pujian tapi celaan. Karena itu, marilah kita
isi ramadhan ini dengan mempelajari Alquran. (telah terbit di harian medan pos, 2016)