TRADISI ASMARA SUBUH DI BULAN RAMADHAN
Oleh:
Hasrian Rudi Setiawan, M.Pd.I
Lidia, S.Pd.I
Setiap kali
bulan Ramadhan tiba, kita sering mendengar dikalangan pemuda-pemudi ada istilah
asmara subuh. Istilah asmara subuh ini,
tidak ada yang tahu dari mana tradisi ini muncul dan berkembang di Indonesia. Namun
yang jelas praktek asmara subuh ini muncul berbarengan dengan datangnya bulan
Ramadhan. Praktek asmara subuh ini pada kalangan pemuda-pemudi sudah menjadi
sebuah ritual wajib saat bulan Ramadhan. Dalam ajaran Islam sendiri tradisi
asmara subuh tidak dikenal, akan
tetapi ritual ini selalu diidentikkan dalam agama Islam, karena memang kemunculannya tepat berada pada bulan Ramadhan tiba.
Asmara subuh
dikalangan remaja sering dimaknai sebagai waktu yang memberi kesempatan bagi kalangan remaja untuk berkasih mesra. Praktek
asmara subuh ini pun waktunya selepas salat subuh dan berakhir ketika masuk
waktu duha (sekitar 09.00 Wib). Walaupun secara defenitif asmara subuh dipahami
sebagai ritual berkasih mesra. Namun
akan tetapi, dalam prakteknya belum tentu demikain. Karena jika kita menyaksikan bahwa ritual asmara
subuh ternyata tidak seperti yang
kerap dipahami banyak orang. Istilah namanya saja yang asmara subuh,
namun dalam prakteknya yang muncul dari itu dapat beraneka ragam bentuk prilaku
kalangan remaja. Misalnya, dalam prakteknya kita menyaksikan anak muda hanya
sekedar tebar pesona di jalan-jalan, dapat pula kita menyaksikan para remaja
balap-balapan motor atau hanya sekedar menghabiskan waktu berjam-jam di atas sepedamotor sambil menyaksikan orang
lewat di jalan umum.
Tradisi ini
jika dilihat banyak menimbulkan sisi negatif, dan jika ditanyakan kepada mereka
sendiri (para remaja), pada umumnya mereka mengerti bahwa tradisi tersebut
lebih banyak sisi negatifnya di bandingkan sisi positifnya. Dan bahkan diantara
mereka ada yang menolak keras tradisi asmara subuh tersebut. Karena dinilai
banyaknya sisi negatif tradisi asmara subuh di kalangan remaja ini, Majlis
Ulama Indonesia sempat membuat fatwa haram tentang praktek asmara subuh di
kalangan masyarakat, khususnya Indonesia.
Namun
kelihatanya fatwa tersebut kurang mendapat respon dari masyarakat terutama para
remaja sendiri. Dan tradisi ini terus dilakukan saat Ramadhan hingga kini oleh
para remaja. Bahkan kuantitas dan intensitas yang melakukannya semangkin
banyak. Hal ini jika sebelumnya tradisi asmara subuh hanya dilakukan oleh
remaja SMA ke atas, namun sekarang tradisi ini sudah diikuti oleh anak-anak
tingkat SMP dan SD, dengan diramaikan oleh pesta petasan. Dan tidak jarang
tradisi asmara subuh ini, bahkan dipahami sebagai ruang bagi semua orang untuk
menikmati udara segar subuh.
Jika dilihat
secara psikologis masa remaja adalah masa
dimana mereka menunjukkan ekspresi mereka. Momen inilah yang mereka sering
dimanfaatkan untuk menunjukkan kedudukan mereka di masyarakat. Walau terkadang
mereka menunjukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, agama,
adat istiadat dan budaya. Praktek
asmara subuh ini, meski dalam konteks yang berbeda tidak sepenuhnya negatif, namun
masyarakat pada umumnya menjadikan tetap
dalam kacamata negatif.
Seiring
perjalanan waktu, suka atau tidak
suka, praktek asmara subuh
terus akan menjadi bagian
dari ekspresi kebebasan remaja. Sangat berat kiranya untuk
melarang para remaja untuk tidak melakukan asmara subuh ria. Sama seperti
berartnya melarang remaja untuk coret-coretan ketika selesai ujian nasional.
Sebenarnya hal ini dapat diatasi sedikit demi sedikit. Yaitu dengan menasehati
dan mengingatkan kepada anak akan dampak negative praktek asmara subuh ini dan
orang tua harus selalu mengontol dan memperhatikan anak terhadap apa yang
dilakukannya. Sebab jika kita melarang anak untuk keluar subuh sama saja kita
melarang anak untuk beribadah salat berjamaah di masjid. Padahal kita juga
mengharapkan buah hati kita menjadi orang yang taat beribadah. Kiranya yang perlu dipikirkan bersama saat sekarang adalah mencari alternatif
lain agar praktek asmara subuh ini bisa diarahkan ke hal yang lebih positif. Karena itu, peran orang
tua, guru dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mendidik anak dan mengarahkan
anak kepada ha-hal yang positif. (telah terbit di harian orbit, 2016).