Selamat Datang di Website Guru PAI

PERSOALAN PENDIDIKAN BUKAN HANYA KURIKULUM

PERSOALAN PENDIDIKAN BUKAN HANYA KURIKULUM
Oleh: Hasrian Rudi Setiawan, M.Pd.I
(Dosen Pendidikan Agama Islam UMSU)

           
Dunia pendidikan beberapa tahun belakangan ini kembali diguncang oleh polemik mengenai kurikulum 2013. Yang menurut pengamatan sejumlah ahli, sejauh ini masih meiliki sejumlah masalah baik itu dari segi substansinya maupun implementasinya. Pemerintah berinisiatif, melalui asumsi tersebut melakukan pemberhentian sementara dan memperbolehkan sebahagian sekolah tertentu untuk meneruskan pelaksanaan kurikulum 2013, sembari pemerintah melakukan revisi terkait kekurangan serta masalah didalamnya.
            Hal tersebut tentunya kembali pada giliranya menambah beban yang harus dirasakan khususnya pada guru. Karena, fenomena gonta-ganti kurikulum yang dilakukan pemerintah tidak sedikit memunculkan sejumlah masalah yang mengguncang kegiatan belajar mengajar dilingkungan sekolah pada khususnya. Selain itu, akibat gonta ganti kurikulum banyak praktisi sekolah terutama guru yang selalu mengeluhkan dengan berbagai ketidaksiapan mereka dalam menghadapi perubahan kurikulum yang seolah-orah terburu-buru. Kemudian pada sisi lain, akibat perubahan kurikulum yang terus-terusan yang terkadang tak menentu menyebabkan besar potensi terhambatnya perkembangan peserta didik. Sebab, kurikulum merupakan bagian integral yang memiliki posisi penting dalam menentukan kualitas peserta didik.
            Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Di hadapan puluhan peserta simposium dalam rangka pelantikan Perhimpunan Keluarga Besar (KB) Pelajar Islam Indonesia (PII) Jawa Timur 2016-2020,  beliau menegaskan bahwa kurikulum apapun namanya, baik itu kurikulum 2013, kurikulum 20016 (KTSP) hanya nama bagian luar saja, karena hal yang paling penting sebenarnya adalah menentukan kualitas pendidikan adalah guru. Kemudian menurutnya, Kurikulum yang ada akan jalan terus, tapi kurikulum itu hanya nama (bagian luar), karena kurikulum sebaik apapun kalau gurunya tidak berkualitas juga akan percuma".
             Kualitas guru tidak ditentukan kurikulum berganti atau tidak, namun kualitas pendidikan itu sangat ditentukan oleh kualitas guru. Menurut mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu, kualitas guru itu ditentukan tiga parameter yakni expert (keahlian) atau profesionalisme, tanggung jawab sosial pada kualitas pendidikan, dan panggilan hidup (jiwa korsa). Jika guru memiliki tiga parameter tersebut, maka ia akan mengerti apa yang ia harus lakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
            Namun akibat disibukkan dengan hiruk-pikuk permasalahan kurikulum, gonta ganti kurikulum, pada akhirnya menimbulkan kesan bahwa seolah-olah masalah pendidikan hanya masalah kurikulum saja. Yang perlu diperhatikan bahwa, dalam menyelesaikan persoalan pendidikan tidak hanya dengan mengonta-ganti kurikulum saja. Namun menurut penulis harus dibarengi dengan meningkatkan kualitas guru selaku pendidik. Karena bagaimanapun pemerintah mengotak atik kurikulum jita tidak dibarengi dengan usaha mengupgrate kualitas guru adalah sesuatu yang sia-sia. Jika diperhatikan kondisi guru, setiap pergantian kurikulum guru selalu mengeluh dengan keluhan “kami tak sanggup”, “kami kesulitan”, “kurikulumnya ribet”, “kami terbebani”. Dengan berbagai keluhan guru tersebut dapat disimpulkan bahwa guru belum mampu menerima perubahan kurikulum tersebut atau dalam artikata kualitas guru masih rendah dan perlu untuk ditingkatkan lagi.
            Karena itu, meningkatkan kopetensi kemampun guru sebagai pendidik menjadi hal yang sangat penting. Sebab jika ditinjau dari segi kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional, sering didapati guru belum memenuhi standar kualifikasi. Misalnya dalam mengajar, kebanyakan guru yang tidak menguasai materi yang ia ajarkan kepada peserta didik, kemudian kebanyakan guru tidak cekatan dan kreatif baik penggunaan metode maupun dalam penggunaan media pembelajaran. Maka tidak diherankan lagi jika guru dalam mengajar cenderung bersifat konservatif. Jadi sesempurna apapun kurikulum itu, jika gurunya dalam mengajar tidak professional dan tidak terampil maka sulit untuk mencapai tujuan pembelajran yang diharapkan. Yang harus lebih diperhatikan oleh pemerintah adalah guru yang berada didaerah terpencil. Karena mereka lebih jarang menerima informasi perkembangan pendidikan dan bahkan mereka masih ada yang kesulitan dalam mengoperasikan komputer/internet.
            Karena itu, dalam mengatasi persoalan pendidikan sebenarnya tidak hanya mengurusi masalah kurikulum saja, namun masih banyak hal lain yang merupakan penunjang untuk meningkatkan kualitas pendidikan, terutama guru sebagai pendidik. Guru perlu mendapat pelatihan, pendidikan dan keahlian tertentu agar guru dapat mengajar dengan baik. Karena itu diharapkan kepada pemerintah terutama kepada menteri pendidikan dan kebudayaan, harus melihat bahwa problem pendidikan kita begitu kompleks, tak hanya persoalan kurikulum saja. maka jika ingin memperbaiki kualitas pendidikan kompleksitas permasalahan harus diselesaikan khususnya persoalan kemampuan dan kualitas guru dalam mengajar. || Penulis Dosen FAI UMSU. (terbit di harian jurnal asia, 2016),.










Share this post :

Welcome

SELAMAT DATANG DI WEBSITE GURU PAI ||SEBAIK-BAIK KAMU ADALAH ORANG YANG BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN (HADITS NABI) || GURU YANG BAIK ADALAH GURU YANG DAPAT DI GUGU DAN DITIRU.
 
Copyright © 2015. Hasrian Rudi Setiawan - All Rights Reserved