POSITIVE
THINKING TERHADAP ALLAH
Oleh: Lidia, S.Pd.I
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dengan struktur yang
paling baik dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya. Struktur manusia terdiri dari unsur-unsur
jasmani, rohani, nafs, dan iman (Sutoyo, 2007: 66). Bahkan kesempurnaan
struktur manusia tersebut disebutkan dalam firman Allah Swt, yang artinya: “Sungguh,
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS.
At-Tin: 4). Potensi yang diberikan Allah kepada manusia adalah diberikan akal
pikiran. Allah menganugrahkan kepada manusia akal pikiran sebagai kunci untuk
memperoleh petunjuk terhadap segala hal, termasuk untuk mendapatkan sesuatu
kebenaran. Akal juga merupakan kendaran pengetahuan, serta pohon yang
membuahkan istiqomah dan konsistensi dalam kebenaran, karena itu, manusia baru
bisa menjadi manusia kalau ada akalnya.
Positive thingking adalah salah satu akhlak mahmudah (terpuji).
Positive thingking
secara sederhana dapat kita artikan dengan berprasangka baik atau berpikir
positif (Tafkir al-Ijabiy).
Menurut Viera Biffer positive thingking adalah suatu sikap mengambil manfaat
dengan menggunakan akal kesadaran dengan penuh kerelaan dalam bentuk yang
positif. Positive thingking merupakan suatu cara jitu dalam menghadapi
kehidupan, yaitu dengan cara memusatkan pikiram kepada hal yang sifatnya
positif dalam kondisi bagaimanapun sebagai ganti dari memusatkan pikiran menuju
sesuatu yang negatif.
Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Allah
mengasihi seluruh makhluk-Nya, tidak peduli apakah makhluk tersebut taat atau
durhaka, muslim atau kafir. Bahkan, binatang dan tumbuh-tumbuhan pun dijamin
rezekinya oleh Allah Swt. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah
Swt, yang artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” (QS. Hud: 6).
Dalam kehidupan ini seringkali kita mendapatkan ujian dan cobaan,
terkadang ujian dan cobaan tersebut berupa kenikmatan hidup yang dapat
melalaikan kita, dan terkadang pula ujian dan cobaan tersebut berupa
kesengsaraan dan kesulitan, yang menyebabkan seseorang terkadang frustasi dalam
menjalaninya. Kita terkadang berpikir bahwa Allah Swt tidak sayang kepada kita.
Padahal, dengan cobaan kesulitan tersebut, justru Allah Swt menghendaki
kebaikan bagi diri kita. Allah SWT hendak mendidik dan menempa kita agar
menjadi manusia yang unggul. Selain itu, dibalik cobaan tersebut Allah Swt
telah menyiapkan karunia yang besar bagi kita ketika lulus dari cobaan.
Tidak ada alasan apapun untuk kita berfikir negatif kepada Allah
Swt. Karena hal tersebut merupakan akhlak mazmumah (tercela)
di hadapan Allah Swt, dan juga akan merugikan individu yang berprasangka buruk
kepada Allah, sebab akan menjadikan seseorang menjadi pesimis, kehilangan
harapan dan putus asa. Karena itu, sebagai seorang muslim harus yakin bahwa
segala sesuatu yang telah Allah takdirkan adalah merupakan hal yang terbaik
bagi kita. Kuncinya, berpikir positif terhadap ketentuan Allah Swt. Sebab,
boleh jadi apa yang menurut kita baik, sebenarnya tidak baik bagi kita.
Sebaliknya, boleh jadi apa yang menurut kita tidak baik, sebenarnya baik
bagi kita. Hal ini sebagaimana firman Allah, yang artinya: “Boleh Jadi kamu
membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Karena itu, sebagai seorang muslim kita wajib berprasangka baik
kepada Allah atas takdir yang telah ditentukanya. Adapun orang yang
berprasangka baik kepada Allah, pada umumnya memiliki criteria, yaitu: beriman
kepada Allah, bernilai luhur, selalu mencari jalan keluar atas segala masalah
yang menimpanya, dan tidak membiarkan masalah dan kesulitan mempengaruhi
kehidupannya. || terbit di harian orbit, 2016