WANITA
DALAM ISLAM & TUGAS MULIANYA
Oleh: Hasrian Rudi
Setiawan, M.Pd.I
Dosen Pendidikan Agama
Islam UMSU
"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan
adalah wanita shalihah”(HR. Muslim).
Sesuai dengan yang
didengung-dengungkan oleh kaum barat akan persamaan gender, ternyata telah
banyak mempengaruhi bahkan merusak wanita muslim saat ini. Tidak jarang mereka
telah tertipu dengan pemikiran kaum barat, dan bahkan tidak sedikit yang mengikuti
pemikiran mereka tersebut. Lalu timbul pertanyaan kepada kita, sebenarnya
bagaimana peranan wanita Islam dalam membangun keluarga atau masyarakat?. Dan
bagaimana seharusnya wanita membangun sebuah keluarga, masyarakat dan membangun
Negara?. Dalam hal ini tugas wanita dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
Pertama, tugas wanita dalam keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Keluarga merupakan pondasi
dasar penyebaran agama dan penanaman akhlak kepada anak. Dari lingkungan keluarga
diharapkan akan muncul pemimpin-pemimpin yang akan berjuang meninggikan
kalimat-kalimat Allah. Dan peran terbesar dalam hal tersebut adalah pada kaum
wanita. Dalam lingkungan keluarga wanita memiliki tugas dan perannya,
diantaranya adalah: 1). Wanita sebagai seorang istri. Sebagai seorang istri wanita
memiliki andil besar terhadap suaminya, yaitu ketika seorang suami merasa kesulitan, maka sang istri orang
pertama yang membantunya. Ketika seorang suami mengalami kegundahan, maka sang
istri lah yang dapat menenangkannya. Dan ketika sang laki-laki mengalami
keterpurukan, sang istri lah yang dapat memotivasi dan memberikan semangat.
Karena itu wanita sebagai seorang istri
memiliki pengaruh yang besar kepada suaminya. Dalam sejarah Islam kita mengenal
sosok Khadijah Radiyallahu anha dalam mendampingi Rasulullah di masa awal kenabiannya.
Ketika Rasulullah merasa ketakutan terhadap wahyu yang diberikan kepadanya, dan
merasa kesulitan, lantas apa yang dikatakan Khadijah kepadanya?. “Demi
Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau
suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup
kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau
menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih). Peran
khadijah dalam perjuangan menyebarkan agama Islam sangat besar, sebab selalu
menjadi obat penenang bagi Rasulullah dalam mengembankan amanah kenabiannya. Demikianlah
seharusnya bagi seorang istri harus dapat menjadi penyejuk dalam keluarganya.
Tidak ada yang diinginkan bagi seorang suami melainkan seorang istri yang dapat
menerimanya apa adanya, percaya dan yakin kepadanya dan selalu membantunya
ketika sulitnya. 2). Wanita sebagai seorang ibu. Wanita diberi kemuliaan oleh
Allah dengan diberikannya peran sebagai seorang ibu. Bahkan Rasulullah Saw
ketika ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai
Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?”
Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”,
tanya laki-laki itu. “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?”,
tanya laki-laki itu. “Ibumu”, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian
ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Kedua, wanita dalam masyarakat dan bangsa. Disamping wanita
memiliki peran dalam keluarga, wanita juga dapat memiliki peran penting dalam
kehidupan masyarakat dan bangsa. Misalnya, apabila ada seorang yang ahli dalam
ilmu kedokteran dan ia sangat dibutuhkan banyak orang, maka dia wajib untuk
membantu orang dalam menyembuhkan penyakit. Demikian juga jika ia merupakan seorang yang ahli dalam bidang tertentu, maka
ia bisa mempunyai andil dalam urusan tersebut namun dengan batasan-batasan yang
telah disyariatkan dan tentunya setelah kewajibannya sebagai ibu rumah tangga
telah terpenuhi. Banyak hal yang tentunya dapat dilakukan oleh kaum wanita
dalam lingkungan masyarakat, dan tentunya wanita tetap memiliki peranan yang
berbeda dengan kaum laki-laki. Sebab antara laki-laki dan wanita tentunya memiliki
kelebihan dan perannya masing-masing.
Karena itu, jika melihat akan
keutamaan yang diberikan oleh Allah kepada kaum wanita, maka dapat dikatakan
bahwa bangsa yang baik dapat terlihat dari baiknya wanita di dalam bangsa
tersebut dan begitupun sebaliknya. Kemudian antara laki-laki dan wanita dalam
Islam sama-sama mempunyai hak dan kewajiban, sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
Adapun perbedaan fungsi dan tugas tersebut, sesungguhnya tidak merubah penilaian di hadapan Allah, melainkan
tingkat ketakwaannya. || Penulis
Dosen FAI UMSU. (telah terbit di harian orbit, 2016)