DAPATKAH
AMAL IBADAH BANGKRUT DI AKHIRAT!
Oleh:
Hasrian Rudi Setiawan, M.Pd.I
Dosen Pendidikan Agama Islam UMSU
Harta, pangkat, jabatan, dan anak
merupakan hal yang sering dibanggakan oleh setiap individu manusia. Demikian
juga dengan amal ibadah seringkali membuat seseorang membanggakan dirinya
dengan amal yang ia lakukan. Padahal
amal ibadah merupakan bekal yang kelak akan dibawa setiap individu manusia
kepada Allah bukan untuk dibanggakan atau disombongkan di hadapan manusia lain.
Terkadang sebahagian orang beranggapan bahwa amal ibadah yang selama ini ia
lakukan seperti salat, puasa, zakat, haji dan lainnya dapat membawanya sebagai
penghuni surga. Padahal ada hal yang lain yang perlu dilakukan oleh setiap
hamba Allah yaitu membina dengan baik hubungan sosial dengan sesama manusia,
dan tidak menzalimi orang lain, dengan demikian untuk menjadi penghuni surga
Allah setiap individu tidak hanya melakukan hubungan secara vertical saja
(beribadah dengan Allah), namun juga harus melakukan hubungn secara horizontal
(berbuat baik dengan sesama manusia).
Dalam hadis Rasulullah Saw menjelaskan,
yang artinya: Suatu ketika Rasulullah Saw. Bertanya kepada
sahabat-sahabatnya,"Tahukah kalian siapa
sebenarnya orang yang bangkrut?" Para
sahabat menjawab, "Orang
yang bangkrut menurut pandangan kami adalah seorang yang tidak memiliki dirham
(uang) dan tidak mermliki harta benda". Kemudian
Rasulullah Saw berkata, "Orang
yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari Kiamat membawa
pahala shalat, pahala puasa, pahala zakatnya dan pahala hajinya, tapi ketika
hidup di dunia dia mencaci orang lain, menuduh tanpa bukti terhadap orang lain,
memakan harta orang lain (secara bathil), menumpahkan darah orang lain (secara
bathil) dan dia memukul orang lain, Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya
tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada orang yang di dzaliminya.
Semuanya dia bayarkan sampai tidak ada yang tersisa lagi pahala amal sholehnya.
Tetapi orang yang mengadu ternyata masih datang juga. Maka Allah memutuskan
agar kejahatan orang yang mengadu dipindahkan kepada orang itu. dan (pada
akhirnya) dia dilemparkan ke dalam neraka. Kata Rasulullah selanjutnya,
“Itulah orang yang bangkrut di hari kiamat, yaitu orang yang rajin beribadah
tetapi dia tidak memiliki akhlak yang baik. Dia merampas hak orang lain dan menyakiti
hati mereka.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad dan lainnya).
Dalam hadis
tersebut, mengingatkan kepada kita untuk tidak mengabaikan terhadap amal ibadah
yang bersifat horizontal (berhubungan dengan sesama manusia). Maka, agar kita
tidak termasuk golongan orang-orang yang bangkrut di akhirat nanti, dikarenakan
kita mengabaikan terhadap amal ibadah yang bersifat horizontal (berhubungan
dengan sesama manusia).Maka hal yang dapat dilakukan adalah melakukan dan
menjaga hubungan silaturahmi. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah Saw, yang
artinya: "Sesuatu yang paling cepat
mendatangkan kebaikan adalah pahala orang yang berbuat kebaikan dan
menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan
keburukan ialah siksaan bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali
persaudaraan" (HR. Ibnu Majah).
Berdasarkan
hadis nabi tersebut, bahwa hal yang dapat mendatangkan kebaikan adalah
perbuatan baik yang dilakukan dan menghubungkan silaturahim, sedangkan hal yang
dapat mendatangkan keburukan adalah orang yang melakukan kejahatan dan
memutuskan hubungan silaturahim. Maka, harus ada upaya dalam menghindari
kebangkrutan amal di akhirat nanti. Karena terkadang sengaja atau tanpa
disengaja kita melakukan kezaliman kepada orang lain. Karena itu, dalam
melakukan amal ibadah yang sifatnya horizontal (hubungan kepada sesama manusia)
ada beberapa hal yang harus diketahui, yaitu: Pertama, mengetahui hakikat silaturahmi. Masyarakat kita,
silaturahim diartikan sebagai kegiatan kunjung-mengunjungi, saling
bertegur sapa, saling menolong, dan saling berbuat kebaikan. Namun,
sesungguhnya bukan sebatas itu makna silaturahim sesungguhnya. Silaturahim
adalah menghubungkan kasih sayang antar sesama. Rasulullah Saw menyebutkan
bahwa terdapat fadhilah orang yang menghubungkan silaturahim. Hal ini
disebutkan dalam hadis Rasulullah Saw, yang artinya: “barang siapa yang ingin rizkinya diluaskan dan dipanjangkan
umurnya, maka hendaklah menghubungkan tali silaturahim.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Terdapat tips dari Rasulullah Saw, agar terjalin saling mencintai dengan
sesama muslim, diantaranya yaitu: tebarkan salam, menghubungkan tali
silaturahim dan memberi makan kepada yang membutuhkan. Karena itu, silaturahim
menjadi sangat penting bagi kita untuk menadari bahwa silaturahim tidak hanya
tampilan lahiriah saja, namun harus melibatkan hati dalam melakukannya.
Kedua,
hakikat memaafkan sesama manusia. Dalam bukunya yang berjudul “Membumikan Alqur’an” Dr. M. Quraish Shihab menyatakan bahwa.
Kata maaf dalam Alquran disebutkan dengan kata al-afwu yang berarti “menghapus”. Hal ini karena
orang yang memaafkan dapat menghapus bekas-bekas luka di hatinya. Dalam
artikata bahwa orang yang memaafkan menghapus dalam hatinya bekas luka di dalam
hati, dan menghapus dendam yang membara yang ada. Memaafkan adalah kerja hati
yang sangat berat. Hal ini karena harus benar-benar berupaya menghilangkan
segala noda kesalahan orang lain dari relung hatinya. Memang sulit untuk
melakukanya, namun harus tetap diupayakan. Adapun caranya dengan mengkondisikan
hati secara terus menerus agar benar-benar bisa mengikhlaskan kesalahan orang
lain alias memaafkannya.
Dengan demikian amal seorang
muslim yang taat beribadah kepada Allah dapat mengalami kebangkrutan di akhirat
kelak, jika ia melakukan kezaliman kepada orang lain. Karena itu, sebagai
seorang muslim harus dapat menyeimbangkan antara hubungan dengan Allah dengan
hubungan dengan manusia. Dan apabila pernah melakukan kezaliman kepada orang
lain maka segeralah untuk meminta maaf kepada orang tersebut. ||
Penulis Dosen FAI UMSU. (telah terbit di harian orbit, 2016).