EKSISTENSI HAJI ANTARA IBADAH & WISATA
Oleh: Lidia, S.Pd.I
(Alumni Fakultas Agama
Islam UMSU)
Ibadah haji adalah salah
satu bagian dari rukun Islam. Ibadah haji
merupakan ibadah yang penuh dengan syarat pembelajaran moral. Hal ini karena,
Ibadah haji bukan semata ritualitas fisik yang menguras tenaga tapi autentitas
cinta ilahi yang memancarkan kedalaman spiritual dan keluhuran moral. Ibadah haji harus di mulai di kawal dan di paripurnakan dengan
kendaraan keikhlasan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt, yang artinya: “Dan sempurnakan ibadah haji
dan umroh karena Allah” (QS. Al-Baqarah: 196). Ikhlas dalam melaksanakan ibadah haji merupakan kunci pembebasan diri
dari aksesoris duniawi. Namun,
apa jadinya jika pelaksanaan ibadah haji tersebut, hanya dilakukan untuk
sekedar menghabiskan uang atau sekedar rekreasi belaka tanpa adanya niat yang
ikhlas untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Disadari
atau tidak terkadang banyak orang berangkat haji, namun memiliki tujuan yang
beraneka ragam, ada yang tujuannya hanya sekedar menggugurkan kewajibannya
tersebut. Ada yang melakukan perjalanan haji hanya untuk ingin dipanggil pak
haji atau buk haji dan yang lebih ironis lagi mereka menjalankan ibadah haji
hanya sekedar melakukan wisata religi bahkan dihiasi dengan wisata belanja,
membeli oleh-oleh untuk sanak keluarganya, serta hanya dijadikan tempat
rekreasi, tempat untuk melepas penat setelah sekian lama bekerja. Hal ini tentunya
tidak patut untuk ditiru. Hal ini pulalah yang harus dilakukan penegasan serta
pemberitahuan secara ketat bagaimana seharusnya ibadah haji dilaksanakan, serta
jika berhaji niat harus lulus hanya karena Allah.
Ibadah haji merupakan ibadah mahdhah, dalam pelaksanaannya diharapkan jangan hanya sekedar menjadi ritual
belaka. Artinya, jamaah haji harus bisa mendapatkan hikmah dan pelajaran yang
terkandung dalam perjalanan hajinya tersebut, misalnya dalam melakukan sa’i.
Sai adalah salah satu rukun haji yang wajib dikerjakan. Jamaah haji yang
melaksanakan sa’i akan teringat akan kisah Hajar istri Nabi Ibrahim ketika
ingin mendapatkan air untuk anakanya Ismail, dia berusaha mencari kemana-mana
namun tidak juga mendapatkannya. Namun, akhirnya atas ijin Allah, keluarlah air
dari hentakan kaki Ismail, dan inilah yang dikenal dengan air zam-zam. Dan perjuangan
Hajar tersebut di abadikan oleh Allah dengan sa’i. Dengan demikian hikmah dan
pelajaran yang didapat dari sa’i tersebut adalah dalam melakukan suatu
pekerjaan harus disertai ikhtiar dan tawakal kepada Allah. Selain itu banyak
lagi pelajaran dan hikmah yang dapat diambil dari ritual ibadah haji, baik itu
ihram, tawaf, wukuf, dan lainnya. Karena, jika diperhatikan rangkaian ritual
ibadah haji mengandung pelajaran dan hikmah berharga bagi kehidupan manusia
menuju insan yang lebih baik.
Ketika melakukan
perjalanan haji, seseorang harus mendesain dan merencanakan dengan sebaik
mungkin, agar amal hajinya tidak menjadi amalan yang sia-sia. Kemudian ketika
hendak melaksanakan ibadah haji, alangkah baiknya melakukan taubatan nashuha
terlebih dahulu dan berkomitmen tidak kembali ke masa silam yang kelam. Selain
itu juga harus mengupgrade iman, ilmu dan amal yang lebih baik dari masa yang
lalu. Karena itu, sepulangnya dari perjalanan haji diharapkan mereka dapat melaksanakan
ibadah dengan lebih tertib, moralitasnya menjadi lebih terpuji, bertambah ilmu
pengetahuannya, pengalamanya, dan amal ibadahnya semakin meningkat. Sebab dalam
perjalanan haji, mereka telah ditempa oleh Allah lewat ritual ibadah haji
tersebut.
Penutup
Setiap jemaah haji hendaknya melaksanakan ibadah
hajinya dengan sebaik mungkin, dengan diiringi niat ikhlas karena Allah. Menurut
hemat penulis bagi jemaah haji yang melaksanakan ibadah haji tahun ini, untuk meluruskan niat hajinya karena Allah. Adapun niat untuk
melaksanakan rekreasi atau wisata religi hendaknya dibuang jauh-jauh. Dan dalam
melaksanakan ibadah haji harus sesuai dengan Rasulullah Saw. Jika hal tersebut
dapat direalisasikan, maka ibadah haji tersebut akan berkualitas dan akan
menjadi haji yang mabrur. Predikat haji mabrur tidak dapat dibeli. Tapi harus diiringi niat
yang ikhlas dalam melakukan ibadah tersebut karena Allah. Adapun balasan bagi
haji yang mabrur adalah surga. Hal ini sebagaimana hadits nabi yang artinya: "Umroh
ke umroh berikutnya merupakan pelebur dosa antara keduanya, dan tiada balasan
bagi haji mabrur melainkan surga" [HR. Bukhari]. || Penulis Alumni FAI UMSU. (telah terbit di harian Medan Pos, 2016)