POKEMON GO &
PENDIDIKAN
Oleh: Hasrian
Rudi Setiawan, M.Pd.I
(Dosen Pendidikan Agama Islam UMSU)
Saat ini hampir diseluruh dunia dihebohkan
dengan game baru yang sedang booming yang
bernama Pokemon Go. Sangat luar biasa antusiasme masyarakat dunia terhadap permainan
Pokemon Go. Belakangan ini semua asyik mengejar Pokemon dan disibukkan dengan
bermain handphone dijalan, hingga meninggalkan pekerjaan bahkan membahayakan
diri mereka sendiri demi main game Pokemon tersebut. Game Pokemon Go ini
merupakan sebuah permainan yang diadopsi dari serial kartun pokemon yang pernah
tayang di salah satu stasiun TV dan sempat digemari oleh kalangan anak-anak
pada tahun 90-an. Dalam memainkan game Pokemon Go ini, para trainer (sebutan
bagi pemain Pokemon Go) diharuskan untuk keluar rumah atau pergi kesuatu tempat
untuk menagkap pokemon, yaitu monster lucu, dan yang menyebabkan orang banyak memainkan
Pokemon Go ini adalah, permainan ini gratis dan tersedia di dua system operasi
yaitu iOS dan android.
Menurut kabar
berita menyatakan bahwa Negara di Asia Tenggara, yang paling banyak mendownload
dan menginstal permainan Pokemon Go adalah Indonesia. Malah akibat banyaknya
permintaan tersebut. Permainan Pokemon Go, mengalami masalah terhadap server.
Akibat popularitas permainan Pokemon Go tersebut, pastinya memiliki plus dan
minus dalam kehidupan manusia. Trainer (pemain) Pokemon Go bukan saja dari
kalangan dewasa, namun juga dari kalangan anak-anak dan pelajar. Permainan
Pokemon Go dapat menyebabkan kecanduan, seperti halnya dengan penggunaan
narkoba, alkohol, rokok dan melihat konten porno. Yang paling mudah dilihat
adalah akibat bermain Pokemon Go, seseorang akan asik bermain dengan ponselnya,
dan malas untuk berinteraksi dengan sesama manusia.
Jika orang tua
lebih memperhatikan dan meluangkan waktunya untuk anak, mungkin tidak akan
terjadi kecanduan akan game. Kebanyakan anak-anak yang kecanduan dengan game
tersebut dikarenakan orangtua terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing.
Misalnya, dalam kehidupan dilingkungan keluarga tidak tercipta komunikasi yang
harmonis dan lain sebagainya. Karena itu, hal yang harus dilakukan orang tua
terhadap pendidikan anak adalah orang tua harus selalu memotivasi dan mendorong
minat anak pada kegiatan sosial, mendukung hobi anak yang sifatnya positif, dan
mengarahkan anak dalam bermain game.
Mantan Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anis
Baswedan, beliau angkat suara mengenai merebaknya permainan Pokemon Go
tersebut. Beliau mengatakan bahwa pihaknya tidak akan melarang para pelajar untuk
memainkan permainan tersebut. Menurutnaya: “Intinya adalah permainan apapun ada
dosisnya. Intinya atur waktu dan kemudian hati-hati dalam mengikutinya". Ungkapan
tersebut disampaikan Anis di SMAN 8 Bandung, Jalan Selontongan, Selasa
19/7/2016. Walaupun, tidak melarang. Mantan Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tetap
meminta agar setiap orang tua turut berperan serta dalam mengawasi kegiatan
anak-anaknya saat memainkan Pokemon Go. Pengawasan diperlukan mengingat
permainan tersebut bersifat Argumented
Reality (AR) yang memungkinkan para pemainnya untuk bisa memproyeksikan
benda maya dalam kehidupan nyata.
Untuk
menanggulangi dampak negatif dalam permainan Pokemon Go tersebut, tidak dapat
serta-merta membuat kebijakan untuk melarang penggunaan aplikasi game Pokemon
Go tersebut. Mengingat permainan Pokemon Go ini terdapat plus dan minusnya,
serta mengingat perkembangan media dan teknologi itu sendiri tidak dapat
dibendung atau ditolak begitu saja kehadirannya. Akan tetapi perlu adanya upaya
preventif yang bisa mencegah potensi bahaya dan dampak negatif dari adanya game
tersebut. Karena itu, perlu kiranya kepada pemerintah melalui lembaga-lembaga
pendidikan memberikan sosialisasi akan penggunaan media teknologi yang baik dan
tepat guna. Selain itu juga memberikan kemampuan untuk mengakses, menganalisa
dan mengevaluasi konten yang termuat dalam media-teknologi. Sehingga diharapkan
akan terbangun kesadaran kritis pada diri orang tua, ketika berhadapan dengan
media, yang kemudian memungkinkan orang tua dapat membimbing anaknya untuk
cerdas dalam menggunakan media-teknologi. Melalui upaya tersebut diharapkan
dapat menghindarkan diri dan melindungi generasi muda dari pengaruh negatif
perkembangan teknologi. || Penulis Dosen FAI UMSU. (telah terbit di harian Jurnal Asia, 2016).