KEMATIAN SEBUAH PELAJARAN
BERHARGA
Oleh : Hasrian Rudi Setiawan, M.Pd.I
Betapa banyak berita kematian
yang sampai di telinga kita, baik itu berita kematian yang dialami oleh kerabat
kita, saudara kita, tetangga kita atau bahkan teman dekat kita. Namun, betapa
sedikit dari diri kita yang mampu mengambil pelajaran dari peristiwa kematian
tersebut. Kita juga tidak dapat memungkiri bahwa setiap yang bernyawa pasti
akan merasakan kematian, dengan kata lain kematian itu adalah hal yang pasti
terjadi dan tidak ada manusia yang hidup abadi. Dalam Alquran di jelaskan, yang
artinya: “Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian, dan kelak pada hari
kiamat saja lah balasan atas pahalamu akan disempurnakan, barang siapa yang
dijauhkan oleh Allah Ta’ala dari neraka dan dimasukkan oleh Allah Ta’ala ke
dalam surga, sungguh dia adalah orang yang beruntung (sukses).” (QS. Ali Imran:
185).
Kematian dapat datang kapan
saja. Kematian tidak memandang usia, kondisi, tempat dan keadaan. Ada yang
meninggal ketika sudah tua dan ada pula yang meninggal ketika masih muda,
bahkan ada yang meninggal ketika masih dalam kandungan ibunya. Setiap yang bernyawa
juga tidak akan pernah tahu di mana tempat dia akan mati dan dalam keadaan
bagaimana dia mati. Kematian akan menyapa
siapa pun, baik ia seorang yang shalih atau durhaka, seorang yang turun ke
medan perang ataupun duduk diam di rumahnya. Semuanya akan menemui kematian bila telah sampai ajalnya. Dalam Alquran Allah Swt berfirman, yang artinya:
“Di mana saja kalian
berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh.” (An-Nisa`: 78).
Kematian merupakah langkah
awal dari perjalanan yang memisahkan suami dari istrinya, orang tua dari
anaknya, kekasih dari yang dicintainya dan seseorang dari harta bendanya.
Kematian merupakan sebuah perjalanan yang akan bermuara kepada keabadian,
kenikmatan Surga atau sebaliknya yaitu
kesengsaraan Neraka. Setiap orang yakin bahwa dirinya pasti akan mati, namun
kadang kala manusia sering lupa bahwa dirinya akan mati dan menemui Allah untuk
mempertanggung jawabkan semua perbuatanya selama di dunia. Rasulullah Saw
mengingatkan untuk banyak mengingat mati, karena dengan mengingat kematian
akan menyadarkan diri kita bahwa
kehidupan dunia adalah sementara, dan apa yang kita perbuat di dunia akan di
minta pertanggung jawabkan. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah, yanr
artinya: “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan (yakni kematian).”
(Riwayat at-Tirmidzi dan Ibn Mājah). Dan dalam Hadits lain
di sebutkan, yang artinya: “Orang yang
paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan
setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah).
Untuk menghadapi kematian
yang pasti akan datang menghampiri kita, tentunya harus ada yang dipersiapkan
yaitu amal ibadah, yang merupakan bekal kita untuk kehidupan di akhirat kelak.
Karena itu, peristiwa kematian yang telah kita dengar dan sakikan dapat diambil
pelajaran. Sebab manakala seseorang tidak bisa
mengambil pelajaran dari peristiwa kematian yyang dialami oleh saudara atau
sanak keluarganya, niscaya nasehat apapun tidak akan berguna baginya.
Menurut Abu Ali ad-Daqqaq Ra,
beliau menyebutkan bahwa siapa yang banyak mengingati kematian maka akan
mendapat tiga kemuliaan, yaitu: Pertama, Bersegera untuk bertaubat.
Manusia adalah makhluk yang kadang kala berbuat salah dan dosa, dengan
mengingat kematian dirinya akan sadar bahwa kematian senantiasa mengintai dan
dapat datang kapan saja tanpa diketahui. Karena itu, Orang yang selalu
mengingat kematian akan selalu segera bertaubat mana kala dia berbuat kesalahan
atau dosa, dia tidak ingin menghadap Allah Swt dengan membawa setumpuk dosa. Dia akan sesegera mungkin bertaubat
atas dosa dan kesalahannya. Allah Swt berfirman dalam Alquran, yang artinya:“Dan
bersegeralah menuju ampunan dari Rabb kalian dan menuju surga yang luasnya
seluas langit dan bumi, yang telah dipersiapkan (oleh Allah) bagi orang-orang
ynag bertaqwa” (QS. Ali Imran : 133).
Kedua,
Rasa qana’ah di dalam hati. Orang yang selalu
mengingat kematian akan tumbuh dan tertaman rasa qana’ah dalam hati, yang
membuat seseorang merasa cuku terhadap pemberian Allah. Hal ini karena, orang
yang mengingat kematian tidak akan terlalu mengejar kehidupan dunia dan
melupakan akhirat. Sebaliknya ia akan menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan
akhirat. Dari sinilah akan tumbuh dan timbul sifat qana’ah dalam dirinya.
Ketiga, Giat dan semangat dalam beribadah kepada Allah. Seorang yang
banyak mengingat kematian, akan senantiasa memanfaatkan waktunya untuk
beribadah kepada Allah Swt. Hal ini karena, orang yang mengingat
kematian hatinya akan takut kepada Allah, jika ia mati tidak memiliki amal
ibadah yang akan di bawanya sebagai bekal hidupnya di akhirat kelak. Rasulullah
Saw, mengingatkan kepada kita dalah hadits, yang artinya: “Jadilah
engkau di dunia ini bagaikan seorang yang asing atau seorang yang sedang
menempuh perjalanan yang jauh”, mendengar
sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ini, lantas
Abdullah ibnu Umar berkata, “Jika
engkau berada di sore hari jangan engkau tunggu datangnya pagi hari, jika
engkau berada di pagi hari jangan engkau tunggu datangnya sore hari,
pergunakanlah waktu sehatmu (dalam ketaatan kepada Allah) sebelum datangnya waktu
sakitmu, dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum kematian datang menjemputmu.” (HR. Bukhari).
Penutup
Dari penjelasan di atas, maka
marilah kita banyak mengingat kematian, dan jadikanlah peristiwa kematian yang
dialami oleh keluarga, teman dan masyarakat sekitar kita sebagai pelajaran
berharga, bahwa hidup yang kita jalani adalah sementara dan segala yang kita
miliki pada hakikatnya adalah titipan dari Allah. Dan segala yang kita perbuat
akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Swt.
Karena itu sebaik-baik bekal adalah taqwa. Hal ini sebagaimana firman Allah,
yang artinya: “Berbekallah.
Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa” (QS. Al Baqarah : 197). ||
Penulis Dosen Pendidikan Agama Islam UMSU.