TABAYYUN DALAM AJARAN ISLAM
Oleh: Hasrian Rudi Setiawan
Akhir-akhir ini, banyak
media masa memberitakan tentang kejadian yang seolah-olah mengguncang keamanan
dan bahkan keutuhan masyarakat bangsa Indonesia. Baik itu pada aspek keamanan,
perekonomian, social, sampai masalah situasi kerukunan beragama terkadang
mengalami kegoncangan. Akibat kejadian-kajian tersebut, memunculkan berbagai
tanggapan dari berbagai kalangan atas situasi yang semangkin komplek tersebut.
Tangapan-tangapan yang mereka berikan tersebut, memunculkan solusi-solusi
alternatif yang berbeda-beda seiring perbedaan
sumber dan pola berpikir yang menyampaikannya. Dari perbedaan solusi tersebut,
menimbulkan spekulasi yang berbeda-beda diantara masyarakat, yang menimbulkan aksi
atau sikap yang berbeda-beda pula.
Pada aspek keagamaan, misalnya perbedaan
penyikapan dari informasi yang diterima juga melahirkan aneka ragam sikap dan
aksi. Meskipun sama sumbernya, dari Alqur’an maupun dari hadits nabi. Namun,
akan tetapi tetap memunculkan perbedaan-perbedaan sikap yang beragam. Baik itu,
sikap toleran terhadap suatu masalah sampai dengan sikap yang keras tanpa
toleransi. Penerimaan masyarakat pun menjadi berbeda-beda, sebagai akibat
penyikapan yang berbeda-beda terhadap suatu informasi. Tidak jarang
memunculkan konflik yang tentu saja merugikan beberapa pihak. Dan tentu saja
konflik ini mengganggu stabilitas keamanan dan kerukunan di dalam lingkungan
kehidupan kemasyarakat.
Karena itu, dalam ajaran Islam terdapat tradisi yang disebut
dengan tabayyun. Tabayyun merupakan mencari
kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya. Sedangkan secara
istilah tabayyun adalah meneliti dan meyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam
memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas
benar permasalahannya. Tabayyun
adalah tradisi ajaran Islam yang dapat menjadi solusi, terutama bagi
informasi-informasi yang berpotensial memunculkan konflik dalam masyarakat.
Metode tabayyun adalah proses klarifikasi sekaligus analisis atas informasi dan
situasi serta masalah yang sedang dialami umat. Tujuanya adalah untuk
mendapatkan hasil kesimpulan yang lebih bijak, arif dan lebih tepat sesuai
keadaan masyarakat sekitarnya. Dalam
Alquran Allah Saw, berfirman yang artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6).
Ayat tersebut mengandung makna, keharusan
bertabayyun terhadap adanya suatu berita atau informasi ataupun suatu pemahaman
dan cara berpikir keberagamaan yang baru. Selain itu pula, Allah mengingatkan
kepada kita untuk tidak mengikuti sesuatu yang belum diketahui secara jelas
masalahnya atau jangan mengambil kesimpulan terlebih dalulu sebelum mengetahui
secara jelas. Karena semua yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan
semuanya di hadapan Allah. Hal ini sebagaimana firman Allah, yang artinya: “Dan
Janganlak kamu mengikuti apa yang kamu tidak ketahui. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS:
al-Isrâ’: 36).
Pemahaman dan keyakinan kita terhadap suatu ilmu,
terkadang belum tentu mengandung kebenaran yang dikehendaki oleh syariat Islam.
Bukankah kita mengetahui adanya istilah yaqin, ‘ainul
yaqindan haqqul yaqin?.
Kita tentunya dapat mengukur sejauhmana kapasitas keilmuan kita dalam memahami
suatu persoalan atau dalam memahami teks Alquran maupun hadits nabi? Sehingga
pemahaman yang kita peroleh telah selaras dengan maksud Rasulullah Saw dan
kehendak Allah Swt. Hal ini karena, dalam memahami redaksi ayat Al-Qur’an dan
teks al-Hadits merupakan hal yang sama sekali tidak sepele. Makna yang
dikehendaki Allah Swt dan Rasulullah Saw tidak hanya dapat dilihat dan dipahami
dengan satu buah atau dua buah teks saja. Satu ayat atau hadits selalu
terhubung dengan ayat dan hadits yang lain. Diperlukan bekal banyak ilmu untuk
yang cukup untuk dapat memahami suatu makna ayat dari Alquran maupun hadits
Rasulullah Saw.
Menafsirkan atau memahami ayat Alquran dan
hadits, tanpa dibekali dengan ilmu dapat dikatakan merupakan tindakan penafsiran
dan pemaknaan ayat secara paksa. Hal inilah yang pada akhirnya akan melahirkan
penafsiran-penafsiran dan kesimpulan yang tidak benar dan terkadang melahirkan
pemahaman-pemahaman yang tidak toleran di tengah-tengah masyarakat, bahkan
cenderung ekstrem dan keras. Pemahaman dan keyakinan yang ekstrem, telah banyak
dirasakan akibat buruknya, oleh masyarakat dan bahkan bagi kelompok yang
mendakwahkannya.
Menanamkan sikap tabayyun merupakan salah satu
akhlak yang mulia. Sebab tabayyun merupakan akhlak yang mencerminkan perbuatan
dan tindakan untuk mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas
benar keadaannya. Oleh karena itu, pantaslah Allaah swt memerintahkan kepada
orang yang beriman agar selalu tabayyun dalam menghadapi berita yang
disampaikan kepadanya agar tidak meyesal di kemudian hari. || Penulis
Dosen FAI UMSU. (Telah Terbit Di Harian Orbit, 2016).