BERBAIK
SANGKA KEPADA ALLAH
Oleh:
Hasrian Rudi Setiawan, M.Pd.I
“Boleh jadi kamu tidak
menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai
sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui” (Al Baqarah: 216).
Dalam kehidupan
sehari-hari, terkadang kita merasa senang dengan karunia Allah. Namun terkadang
pula sebaliknya, kita terkadang merasa kesal kepada Allah atas beberapa hal
atau peristiwa yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, sehingga
terkadang persoalan-persoalan tersebut mengakibatkan hilangnya kesabaran kita
dalam menjalani hidup. Dan akhirnya muncul kekecewaan, rasa frustasi dan muncullah kata-kata yang seharusnya tidak pantas
diucapkan dari mulut kita, seperti: Ini
tidak adil !, Kenapa harus begini ?, Seharusnya tidak
begini ?, dan sebagainya. Dan kemudian timbullah rasa kurang
bersyukur dan berburuk sangka dengan takdir yang telah Allah Swt berikan.
Padahal berprasangka buruk kepada Allah Swt merupakan perbuatan yang tidak
boleh dilakukan oleh seorang hamba.
Berprasangka
baik kepada ketentuan dan takdir Allah merupakan sikap yang sangat penting
dimiliki, karena dengan sikap inilah kita akan menjalani kehidupan dengan
sebaiknya sebagaimana yang ditentukan Allah Swt. Ada banyak kisah disebutkan
dalam Alquran maupun hadits tentang hamba Allah yang selalu berbaik sangka
kepada Allah. Misalnya: Kisah Nabi Ibrahim dan isterinya Siti Hajar, mereka
adalah contoh hamba Allah yang selalu menunjukkan sikap yang sangat positif
kepada Allah Swt. Sebagaimana kita ketahui, Nabi Ibrahim mendapat perintah
untuk memindahkan atau menempatkan Siti Hajar dan anaknya Ismail As di Makkah,
Tentunya, hal tersebut sangat berat untuk dilakukan, karena harus berpisah
dengan istri dan anak yang sanagat dirindu-rindukan kehadiranya selama
berpuluh-puluh tahun. Selain itu pula, ketika itu Makkah adalah tempat yang
belum ada kehidupan, tidak ada manusia satupun disana, tidak ada
tumbuh-tumbuhan, binatang bahkan airpun di sana sangat sulit untuk dijumpai.
Namun, Nabi Ibrahim As dan Siti Hajar tetap berbaik sangka kepada Allah Swt dan
mereka yakin bahwa tidak mungkin Allah Swt punya maksud buruk dalam
memerintahkan sesuatu. Begitu pula halnya dengan perintah menyembelih Ismail
As.
Sebagai
hamba Allah tentunya harus menyadari bahwa ketika Allah swt memerintahkan
sesuatu, itu berarti Allah ingin mewujudkan kemaslahatan atau kebaikan-kebaikan
dan ketika Allah melarang suatu perbuatan, itu berarti Allah juga ingin
mencegah terjadinya mafsadat atau
kerusakan-kerusakan yang akan menimpa kehidupan manusia. Karena itu, sebagai
hamba Allah kita di wajibkan untuk selalu berbaik sangka kepada Allah dan
janganlah sekali-kali mati dalam keadaan berburuk sangka dan berputus asa dari
rahmat Allah. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah Saw, yang artinya:”Janganlah salah seorang dari kaliam mati, kecuali dalam keadaan
berbaik sangka kepada Allah”. (HR.
Abu Daud dan Muslim).
Ada beberapa keutamaan dan
hikmah berbaik sangka kepada Allah, diantaranya adalah: Pertama, Hidup menjadi tenang dan penuh
optimis. Orang yang berbaik sangka
kepada Allah maka akan muncul sikap optimis dalam menjalani kehidupannya. Ia
yakin dan percaya
bahwa setiap perintah dan larang
Allah merupakan suatu bentuk petunjuk dan
kasih sayang Allah baginya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Kedua, dapat mengambil hikmah dan pelajaran di balik
segala ujian. Segala cobaan yang di
berikan Allah kepada manusia tidak sia-sia diberikan. Namun ada hikmah dibalik
segala yang diberikan Allah. Tergantung bagaimana orang tersebut menyikapinya.
Cobaan tidak selamanya berupa hal-hal yang dirasa menyusahkan tapi cobaan juga
bisa datang berupa hal yang menyenangkan. Kita harus percaya bahwa Allah tidak
menciptakan sesuatu secara sia-sia karena Allah Maha Bijaksana. Keimanan
seseorang akan bertambah setelah ia mengalami cobaan. Maka orang tidak bisa
dikatakan beriman ketika orang itu belum dicoba keimanannya dengan cobaan.
Karena itu, orang yang selalu berprasangka baik kepada Allah adan selalu
mendapatkan pelajaran berharga di balik cobaan dan ujian yang diberikan Allah
kepadanya. Ketiga,
Membentuk pribadi yang tangguh. Orang yang selalu berbaik sangka kepada
Allah akan muncul pada dirinya pribadi-pribadi yang tangguh dan pantang
menyerah dalam menghadapi sesuatu. Karena dia percaya bahwa setiap cobaan yang
Allah berikan kepadanya pasti sesuai kadar kemampuannya. Hal ini sebagaimana
firman Allah, yang artinya: “bahwa Allah tidak membebani seseorang diluar
kemampuannya.” (QS. Al-Baqarah: 286). Karena itu, dalam menghadapi cobaan dari Allah
orang yang selalu baik sangka kepada Allah akan selalu berdoa dan berusaha
untuk menyelesaikan ujian yang diberikan Allah dengn baik.
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini sikap baik sangka terhadap
Allah harus ada pada diri seorang muslim, sebab dengan berbaik sangka kepada
Allah akan muncul ketenangan dalam jiwa dan hatinya dan orang yang berbaik
sangka kepada Allah juga akan memiliki prinsif bahwa segala yang ditakdirkan
oleh Allah merupakan hal yang terbaik bagi dirinya. || Penulis Dosen FAI UMSU. (telah terbit di harian orbit, 2016)