MENCIPTAKAN IKLIM
MENYENANGKAN DALAM BELAJAR
Oleh: Hasrian Rudi Setiawan & Lidia
Dalam lingkungan sekolah proses belajar mengajar, guru dan
siswa terkadang kurang merasakan kesenangan. Walaupun, dalam belajar kita
mengenal istilah belajar harus menyenangkan (fun learning). Namun,
dalam implementasinya jauh dari yang diharapkan. Dalam mengajar guru terkadang sering
membuat skenario agar siswa senang dalam belajar, misalnya guru membuat
rekayasa dalam bentuk permainan dalam mengajar, tetapi jarang sekali guru
memahami hakikat kegembiraan dalam belajar tersebut. Apa yang mereka buat dan
rekayasa dalam bentuk permainan terkadang tidak nyambung dengan bidang materi
yang diajarkan.
Dalam mengajar, membuat kegiatan belajar siswa menjadi
menyenangkan merupakan hak fundamental.
Namun, dalam memberikan kegembiraan belajar bukanlah semata-mata memberikan
mereka permainan ketika mereka belajar tanpa tujuan yang jelas, melainkan
sebuah cara yang menyatu dengan tujuan pembelajaran berjangka panjang. Terkadang
peserta didik merasa bosan ketika mereka belajar, hal ini dapat dilihat,
misalnya ketika jam belajar selesai. Semuanya bersorak dan ingin cepat pulang,
atau ketika mereka mendengar sekolah dilibutkan mereka akan mengeluarkan akan
meluapkan kegembiraan. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan
kegiatan yang melelahkan, membosankan, bahkan menyebalkan. Jika
kenyataan-kenyataan ini diperoleh anak-anak kita, apa yang akan terjadi dengan
perkembangan jiwa mereka di masa yang akan datang.
Perkembangan mental dan kejiwaan
yang mereka alami ketika mereka belajar, jika secara konsisten menunjukkan bahwa
kurangnya keceriaan dan kegembiraan dalam belajar maka akan berpengaruh
terhadap kesuksesan masa depan siswa itu sendiri. Dari beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa, efek belajar yang menggembirakan dapat meningkatkan
kapasitas arsitektur otak anak, yaitu pada saatnya otak tersebut akan
memberikan pengaruh yang positif dalam membentuk perilaku sosial dan emosi anak
yang cerdas. Namun sebaliknya, efek belajar yang membosankan akan membuat anak
merasa tertekan dan akhirnya akan berpengaruh terhadap kesuksesan masa depan siswa
itu sendiri.
Karena itu, belajar yang gembira yang
terprogram dan terencana secara baik harus diatur secara baik dan benar dalam
sebuah rangkaian yang tidak terpisahkan dengan setiap bidang studi yang
diajarkan. Namun demikian, masih banyak kita lihat kesalahan terjadi dalam
proses meletakkan kegembiraan dalam belajar. Beberapa kesalahan tersebut
terlihat dalam proses belajar yang lebih banyak didominasi tuntutan perkembangan
kapasitas akademik anak sehingga anak tidak memperoleh pengalaman belajar yang
autentik berdasarkan konteks sosial dan budaya yang terjadi di tengah-tengah
kehidupannya.
Selain itu, tidak sedikit kita dijumpai pemikirana yang
salah dari guru yang memandang pengalaman belajar sebagai sebuah kondisi yang
sepenuhnya di bawah kendali guru. Jika melihat makna pengalaman belajar secara
definitif adalah sebuah proses belajar itu selalu sesuai dengan kondisi aktual
yang dialami para siswa, kegembiraan dalam belajar yang terstruktur dan
inovatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki setiap guru. Maka, pemaknaan
pengalaman belajar yang salah lebih banyak disebabkan oleh guru yang tidak
memiliki kreativitas dalam merancang pembelajaran yang berkualitas dan
menyenangkan.
Pentingnya pemahaman yang benar tentang pengalaman belajar
anak jelas akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan anak di masa yang akan
datang. Karena itu, evaluasi menjadi wajib untuk dilakukan terhadap tenaga
pengajar yang tidak memahami makna pengalaman belajar dan arti pentingnya bagi
masa depan pertumbuhan anak. Dengan demikian, harus ada niat baik dari pendidik
untuk mengubah gaya mengajar agar menjadi lebih kreatif. || Penulis Alumni FAI UMSU. (telah terbit di harian medan pos, 2016)