TERDAPAT
KEMUDAHAN DIBALIK KESULITAN
Oleh: Hasrian Rudi
Setiawan, M.Pd.I
Dalam setiap kehidupan seorang
muslibah, ujian dan cobaan terkadang menghujani. Bahkan terkadang semangkin
lama cobaan dan ujian semangkin bertambah besar baik karena tekanan yang sifatnya
eksternal maupun internal. Setiap muslim dituntut untuk meyakini bahwa setiap
kejadian di dunia ini telah ditakdirkan oleh Allah Swt. Sebagai makhluk ciptaan
Allah, maka diharapkan kita tidak mudah berputus asa dalam menghadapi cobaan
yang diberikan Allah. Cobaan merupakan sebuah ujian dari Allah yang dengannya
jika kita mampu lulus dalam ujian tersebut, kita akan mendapatkan sebuah
kemuliaan. Karena itu, seorang muslim harus meyakini bahwa dibalik segala cobaan
dan ujian selalu terdapat kemudahan selama kita terus berupaya mencari jalan
keluar agar lulus dari cobaan dan ujian tersebut. Tentunya terkandung hikmah
dan pelajaran yang dapat dipetik dalam setiap cobaan dan ujian yang dilalui.
Hal ini sebagaimana firman Allah Swt, yang artinya: “Apakah kamu mengira
bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana
halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan macam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Bilakah datangnya
pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”
(QS. Al-Baqarah : 214).
Ayat ini menggambarkan bahwa setiap
insan (manusia) akan diberikan cobaan dan ujian dalam kehidupan ini. Ujian dan
cobaan tersebut menimpa seseorang dengan bentuk yang berbeda-beda. Terkadang
cobaan dan ujian tersebut muncul dalam bentuk yang tidak disukainya
(kesengsaraan) dan terkadang dalam bentuk kenikmatan (kebahagiaan). Dalam ayat
tersebut dijelaskan pula bahwa Allah akan memberikan jalan keluar dan
pertolongan kepada setiap manusia. Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa:
Ubaidah ibn al-Jarrah, seorang jenderal yang memimpin tentara Islam dalam
pertempuran melawan bangsa Romawi, pernah mengirim surat kepada Khalifah Umar
ibn al-Khattab tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kemudian Khalifah
Umar ibn al-Khattabmembalas surat tersebut dan berpesan kepada Ubaidah ibn
al-Jarrah agar dia bersabar dan tahan uji, karena Allah akan memberikan banyak
kemudahan di balik kesulitan itu.
Sabar, tahan uji dan optimism (penuh harap)
terhadap pertolongan Allah seperti yang dipesankan oleh Khalifah Umar ibn
Khattab tersebut, tentunya harus menjadi keyakinan seorang muslim. Tentunya,
kemudahan tersebut tidak akan datang dengan sendirinya tanpa adanya ikhtiar dan
usaha. Ada beberapa hal yang harus dilakukan agar mendapatkan jalan keluar dari
setiap ujian dan cobaan tersebut, diantaranya adalah: Pertama, usaha dan
kerja keras dari setiap orang yang diterpa ujian dan cobaan. Usaha dan kerja
keras merupakan hal yang yang harus dilakukan oleh seseorang untuk keluar dan
lulus dari ujian yang menimpanya. Orang yang pasrah dan tidak mau berusaha
mengatasi problem hidupnya maka dia tidak akan pernah keluar dari ujian dan cobaan
tersebut. Sebab Allah tidak akan mengubah nasib seseorang ataupun kaum sebelum
dia berusaha dan berikhtiar mengubah nasbnya sendri. Hal ini sebagaimana firman
Allah dalam Alquran yang artinya: “…. Sesungguhnya Allah tidak
merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri.” (QS. Al-Ra’d: 11).
Kedua, sabar dan tahan uji dalam mengatasi kesulitan.
Sabar dan tahan uji dalam menghadapi ujian dan cobaan merupakan salah satu tanda
kebenaran dan kejujuran iman seorang hamba kepada Allah Swt. Ujian dan cobaan
yang datang menerpa kehidupan setiap manusia merupakan satu ketentuan yang
telah ditetapkan Allah, Tidak ada satu pun yang mampu menghalau ketentuan
tersebut. Sikap sabar dan tahan uji sangatlah dibutuhkan dalam menghadapi
setiap badai cobaan yang menerpa, sehingga dengan demikian tidak menjadikan
diri kita berburuk sangka kepada Allah Swt terhadap segala ketentuan-Nya.
Karena itu, dalam keadaan bagaimanapun, sebagai hamba Allah hendaknya
senantiasa selalu berbaik sangka kepada Allah dan harus yakin bahwa Allah
menurunkan berbagai musibah melainkan sebagai ujian atas keimanan kita.
Ketiga,
penuh harap dan optimis bahwa kesulitan itu akan segera berlalu. Dalam
menghadapi ujian dan cobaan sikap penuh harap dan optimis merupakan sifat yang
harus dimunculkan. Hal ini karena, agar manusia dalam menghadapi ujian dan
cobaan tidak gelap mata dan memiliki semangat untuk keluar dari ujian dan
cobaan tersebut. Manusia dalam menyikapi dan menghadapi cobaan berbeda-beda,
ada orang yang dalam menghadapi ujian dan cobaan dengan lebih memilih untuk
patah semangat atau putus asa dalam menjalaninya. Namun ada pula, orang yang
dalam menghadapi ujian dan cobaan dengan sikap penuh harap (optimisme) disertai
instrospeksi dan mawas diri. Orang yang mengambil sikap ini tidak pernah
menimpakan kesalahan kepada orang lain, apalagi kepada Allah. Ia juga tidak
pernah berprasangka buruk kepada Allah meskipun doa yang dipanjatkan belum juga
terkabul. Bahkan, Ia justru mengevaluasi diri apakah usaha dan doa yang
dilakukan belum optimal. Karena itu, sikap penuh harap dan optimis harus dimunculkan
ketika menghadapi ujian dan cobaan hidup, dan kita harus yakin bahwa setiap ada
kesulitan pasti terdapat kemudahan serta jalan keluar untuk menyelesaikannya.
|| Penulis Dosen FAI UMSU. (telah terbit di harian medan pos, 2016).